by

Kisah Nur Hayati, Pendaki Cilik Berhasil Capai Puncak Bur Kelieten

Lintasgayo.com – Air mata haru dilepaskannya saat berhasil menapaki Puncak Kelieten, salah satu gunung tertinggi di Kabupaten Aceh Tengah. Hanya satu kata yang terucap dari bibirnya kala itu, yakni Allahuakbar. Tidak hanya itu, rasa kagum pun meliputi keharuannya di atas puncak tertinggi ini.

Nur Hayati, seorang anak perempuan berusia 10 tahun itu berhasil melewati berbagai rintangan, dan mengalahkan ketakutannya saat mencapai Puncak  Bur Kelieten. Badannya yang terbilang kecil, mungkin membuat sebagian orang tidak percaya akan kekuatan dan keberaniannya, mengarungi pendakian yang dimulai sejak 1 hingga 3 September 2020.

Puncak Bur Kelieten yang berada di pinggir Danau Tawar (Lut  Tawar),  merupakan gunung dengan ketinggian mencapai 2639  meter di atas permukaan laut (mdpl).

Sebagai salah satu Seven Summit di Kabupaten Aceh Tengah, memang tidak sembarang orang dapat mencapai puncaknya. Selain karena biayanya yang terbilang mahal, pendakian mencapai puncak Bur Kelieten dinilai sebagai yang tersulit. Karena medan yang ekstrim dan cuaca yang sering berubah-ubah.

Perempuan yang baru saja menginjak kelas enam sekolah dasar tersebut, merupakan salah satu orang yang beruntung. Dengan didampingi oleh abang kadungnya, Juna Alfatah, dan ibu kandungnya Sri Lestari, kakak sepupu Dina Yanti. Mereka dipandu oleh  tiga pokdarwis kampung Syiah Utama, Kecamatan Bintang, Aceh Tengah.

Salah seorang pemandu Nur Hayati mengatakan, pendakian kali ini memang tidak mudah untuk dilalui. Karena ada badai dan cuaca dingin. Dia mengaku, sepanjang jalan tak urung air mata jatuh di pipinya, karena banyaknya rintangan yang harus dilewati.

“Berkali-kali ditanya (lanjut mendaki atau tidak) tetapi saya minta untuk tetap lanjut, karena  sudah jauh ke sini (Pegunungan Bur  Kelieten) tetapi kalau tidak sampai puncak rasanya sakit juga. Ini memang mimpi saya dari dulu,” tutur Nur Hayati.

Nur Hayati pun sampai di Puncak Bur Kelieten pada 2 September sekitar pukul 16.00 waktu setempat. Rintangan tidak lantas terhenti sampai situ. Perjuangan pun masih harus dilakukan saat turun dari puncak Bur Kelieten.

“Waktu itu karena sudah malam dan hujan, kami harus melewati bebatuan kukur, dan badan basah semua, tanganan pun sudah beku dan tidak bisa merasakan apa-apa lagi. Saya takut kena hipotermia, makanya hanya boleh berhenti istirahat sekitar 10 detik lalu melanjutkan perjalanan lagi,” tuturnya.

Tidak kapok, Nur hayati mengaku, dirinya ingin melanjutkan pendakian ke gunung-gunung yang tinggi lainnya di Aceh,  seperti Gunung Leuser di Gayo Lues.

Baru pertama

Nur Hayati
Nur Hayati

Pengalaman mendaki gunung baru pertama kali untuk Nur Hayati. Sang kakak kandung Juna Alfatah telah mengenalkan dunia pendakian kepadanya. Pertama kali, Juna membawa Nur  Hayati ke Bur (Gunung) Birah Panyang di Kecamatan Lut  Tawar, Kabupaten Aceh Tengah.

Juna mengatakan, saat itu tujuannya untuk membangun karakter Nur Hayati. Hal itu karena Nur Hayati masih menjadi seorang anak yang penakut, tidak percaya diri dan tidak berani. Meski demikian, Juna Alfatah tidak memaksakan adik untuk ikut mendaki saat itu.

“Saya mengajak Nur Hayati pertama kali ke Bur birah panyang, sekitar awal Januari 2020, saya tidak memaksa adik untuk mendaki gunung, melainkan untuk membentuk karakternya,” ujar Juna.

Juna mengaku, dirinya memang menjadi mentor dan pelatih untuk adiknya Nur  Hayati. Hal itu tidak lepas dari pengalamannya sebagai seorang pecinta alam. “Saya menjadi pelatih serta mentor untuk Nur karena pendakian itu membutuhkan pelajaran teknik dan pemanasan,” ucapnya.

Diakhir kata, Juna menyapaikan, bahwa ia beserta adik lega bisa sampai ke puncak Bur Kelieten, semoga dilain waktu dapat kembali kesana. (Irwan Yoga/FG)

Comments

comments

News