by

Arus IT “Lahirkan” Generasi Gamang?

 

PADA hakikat setiap manusia dilahirkan secara fitrah memiliki keinginan, seperti; ingin benar, menang, beruntung dan sebagainya. Sebaliknya sangat mustahil secara fitrah para anak Adam mau menapaki hidup bertolak belakang dengan hal tersebut dan ingin merugi.

Namun belakangan di era globalisasi, seiring dengan majunya ilmu tehknologi, sebagian anak manusia mulai terseret ke pribadi yang “gamang”, meski tak dapat dipungkiri berkembangnya tekhnologi, termasuk informasi telah membawa perubahan besar terhadap kehidupan manusia.

Banyak manfaat yang bisa dipetik dari kemajuan abad melinium ini, tapi tidak kalah sedikit juga dampak dari kerugiannya. Hal itu karena ada “tatanan” tradisi yang mulai tergerus. Sekarang, bagaimana seorang induvidu mampu membawa dan menempatkan diri dalam menghadapi era zaman modren seperti ini.

Hemat penulis, maju pesatnya arus tehknologi, salah satunya seperti mudahnya mengakses media sosial (Medsos) dengan menggunaan telepon genggam maupun benda sejenis lainnya telah memberi multi efek dalam keseharian manusia, ada hal positip maupun negatifnya yang bisa dipetik.

Efek positipnya tentu tidak perlu dibahas secara mendalam dan panjang lebar. Namun bagaimana dengan dampak buruknya? Belakangan, dengan kemudahan akses informasi, banyak beredar kabar, foto dan video yang “dilempar” nitizen di media sosial.

Terlepas apakah informasi tersebut benar sesuai fakta atau hoax, namun ada baiknya sebagai induvidu kita sudah sepatutnya memiliki filter yang kuat untuk membentengi diri. Bahkan, walau pemerintah telah membuat UU IT untuk mencegah dampak negatif, tapi kenyataannya, sebagian masyarakat masih melanggar aturan dengan melempar info “suram” ke ruang publik.

Misalnya seperti; berita fitnah, foto sadis dan cabul serta mengekspos foto anak di bawah umur maupun lainnya. Mirisnya, sebagian ada yang tega dan mungkin bangga mengunggah secara pulgar rekaman secara langsung dengan memampang wajah obyek selaku sumber tanpa disensor.

Sadar atau tidak ada yang terlupa dalam kebiasaan kita menerbitkan suatu berita buruk/foto tentang orang lain di Medsos. Mungkin kita tak pernah memikirkan dampak yang ditimbulkan terhadap obyek yang ditulis atau foto yang dimuat ketika mengangkat isu, fakta kepermukaan. Misalnya seperti lahirnya sanksi sosial berupa dampak citra buruk di mata keluarganya, masyarakat dan khususnya diri pribadi si sumber.

Satu hal lagi yang seharusnya dapat dipahami, dewasa ini kebutuhan tehknologi informasi belum memiliki benteng batasan usia. Mulai dari kalangan orang tua sampai anak di bawah umur dapat “melahap” sajian dunia maya, apa saja kini sangat mudah diakses. Tentu, tidak ada yang salah tentang hal ini, tapi sudah selayaknya kita selaku masyarakat yang beradab dan berbudaya mengkhawatirkan masa depan regenerasi bangsa ini bila saban hari mereka kerap dicekokki oleh virus Medsos yang tidak mendidik.

Lain itu, pengaruh tehnologi juga telah “mengilhami” sebagian besar manusia, khususnya remaja, para kaula muda yang sedang mencari jati diri. Sangat disayangkan sejumlah kasus kenakalan remaja dipridiksi mencuat karena mengikuti gaya, trend atau budaya yang kerap mereka tangkap dari dunia maya. Sementara disisi lain dapat dinilai generasi ini pada dasarnya belum memahami dan belum memiliki filter untuk mencerna bahaya dari apa yang telah dicontoh.

Berangkat dari persoalan tersebut, saat ini masih sangat dibutuhkan upaya pembinaan tentang pemahaman pemanfaatan kemajuan IT untuk menghindari kegamangan dampak buruk yang tidak diharapkan siapapun. Saya kira, ini merupakan “PR” bagi semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat. Kita harus memulai dengan niat baik dan mau menjadikan kemajuan teknologi informasi untuk menggapai suatu keuntungan besar bagi seluruh umat.

Penutup, tulisan ini berangkat dari keprihatinan saya mencermati pergeseran “akhlak” dalam menyajikan suatu kabar ke khayalak. Tentu masih banyak kekurangan sebagai refrensi dalam penyampaian, untuk itu saya pribadi mohon ampun kepada Allah SWT dan meminta maaf jika ada yang kurang berkenan.


Oleh : Irwandi MN
Penulis adalah Pengiat Sosial tinggal di Takengen

Comments

comments