by

Manusia Bukan Anai-Anai

Tgk. Saleh Syamaun
Saleh Syamaun

Celala| Lintas Gayo- Bahaya melupakan zikir kepada Allah, di dunia hidupnya akan sempit dan diaherat akan dibutakan Allah. Sempit yang bagaimana? Demikian isi khutbah Jumat di masjid Baiturrahim Celala, Aceh Tengah, (17/10/2014).

Drs. Tgk. Saleh Syamaun, mantan Kadis Syariat Islam dan Kemenag Aceh Tengah ini, menjelaskan hakikat zikir baik secara Qauniyah dan Quraniyah. Demikian dengan makna sempit selama hidup di dunia.

MTQ, mengagungkan Allah, melantunkan ayat-ayat suci Alqur,an adalah bagian dari zikir kepada Allah (mengingat Allah). Panitia, semua pihak yang sudah bersusah payah untuk menyemarakkan MTQ ke 31 tingkat kabupaten Aceh Tengah, berarti sudah berzikir kepada Allah.

“Bila dilakukan dengan ihlas zikir ini, bukan hanya acara MTQ yang sukses, namun para penzikir ini akan mendapat keberkahan hidup (kebaikan) dari Allah dan mendapat pahala,” sebutnya.

Zikir kepada Allah bila dimaknai secara Qauniyah dan Quraniyah, maknanya sangat luas, seluruh sisi kehidupan manusia akan menjadi zikir, bila dilakukan karena Allah, senantia mengingat sang Malikul Mulk.

Namun bila kita melupakan zikir Allah, maka ajab Allah itu sangat pedih. Didunia kita hidup sempit dan di ahirat kita akan dibutakan Allah. Hidup sempit itu bukan hanya urusan finansial dan soal kekayaan.

Namun, sebut Saleh Syamaun, hidup kita yang berkecukupan, namun bathin kita tersiksa. Hidup tidak nyaman, dilanda gelisah, banyak persoalan, anak, istri, tidak patuh pada syariat, di sana-sini musibah, ini tandanya sudah disempitkan Allah, walau secara harta kita memilikinya.

Hati kita sudah jauh dari Allah, tidak lagi mengingat sang Khaliq, maka dunia ini sudah disempitkan Allah buat kita dan itu merupakan azab Allah, peringatan dari Al-Qahar, tanda dunia kita sudah sempit.

Demikian diaherat nanti kita akan dibutakan Allah, karena kita melupakan hati nurani kita mengingat Allah dengan zikirnya, baik secara Quaniyah dan Quraniyah. “Ayat-ayatku sudah diturunkan kepadamu namun kamu mengingkarinya,” sebut Saleh Syamaun membacakan makna ayat Allah.

Kita belajar dari semut (anai-anai). Ketika Allah memberinya sayap, itu tandanya Allah akan mematikan anai-anai tersebut. Anai-anai dengan bangga ketika mendapatkan sayap, saat berubah dari semut.

Dengan kebanggaan itu dia terbang, menabrak apa yang ada, mencari cahaya lampu dan “musantir”, kemudian berhamburan jatuh ke bumi. Anai-anai yang mendapatkan sayap, biasanya tidak mampu terbang, namun justru menikmati indahnya terbang, justru mengantarnya kepada kematian.

Belajarlah hidup dari falsafah yang sudah diberikan Allah, dari alam yang ada dimuka bumi ini dari seluruh mahluk Allah, Zikir itu sangat perlu dalam kehidupan kita. Anai-anai yang berubah mendadak mendapatkan sayap justru berahir dengan petaka. Sadarilah kita bukan anai-anai, sebut Saleh Syamaun. (LG 011)

Comments

comments

News