by

Srikandi Seribu Bukit

Oleh : Fathiya Azkia,M.Si*

Srikandi, itulah ungkapan yang tepat untuk seorang perempuan yang lembut, tegas, dermawan ditambah dengan lensa mengesankan kebijaksanaan dan penuh wibawa. Nurhayati namanya, kelahiran Blangkejeren 29 September 1972. Anak dari Bapak Sahali (mantan wedana) dan Ibu Ratnasari. Perempuan tangguh ini berasal dari keluarga yang sederhana, meski ayahnya seorang wedana, akan tetapi ibunya hanya seorang penjual lontong. Setiap pagi selepas shalat subuh dan beres-beres rumah ia membantu sang ibunda untuk berbelanja ke pajak. Namun demikian ia tetap bisa menjadi bintang kelas dan mengantongi beragam prestasi sampai ke tingkat propinsi. Kepiawaanya dalam emotional quition mengantarkannya berkenalan, berkomunikasi dengan banyak orang. Ini juga yang membekalinya untuk memimpin organisasi mulai dari ketua kelas, ketua osis sampai pada akhirnya menjadi ketua DPD PKS kabupaten Gayo Lues (satu-satunya ketua DPD PKS yang perempuan se-Indonesia).

Seiring pemekaran kabupaten Gayo Lues (Maret 2002), perempuan yang visioner ini membulatkan tekad untuk mengabdi di Gayo Lues (sebelumnya bekerja di Kutacane). Diawal-awal kembali ke Gayo Lues (2003) bukanlah hal yang mudah untuk memperkenalkan dakwah pada masyarakat yang notabene patrilistik. Posisinya sebagai perempuan yang diamanahi menjadi ketua partai penuh dengan tantangan.  Namun, berkat kegigihan, kerja keras dan visi untuk membangun tanah kelahiran tercinta, menyerah adalah kata yang tak pernah tercatat dalam kamus kehidupannya. Dengan penuh perjuangan, akhirnya ada beberapa gebrakan yang dipelopori oleh DPD PKS Gayo Lues. Yang pada dasarnya bukanlah hal yang mudah dilakukan oleh seorang pemimpin perempuan. Berkat  komunikasi yang efektif akhirnya beberapa program bisa diterima oleh masyarakat dan ia mendapat ruang yang luas dikalangan ulama. Beberapa program diantarnya pemberian beasiswa kepada lebih dari 300 orang, mulai dari tingkat SD-mahasiswa. Dengan berbagai disiplin ilmu. visi Gayo lues kedepan memiliki generasi penerus yang cerdas dan berkualitas. “Tidak ada kata untuk berhenti belajar.” Bahkan dari hasil beasiswa tersebut sudah beberapa orang tamat dan kembali mengabdi di Gayo Lues Disisi lain,  ia juga mengajak para donatur dalam dan luar negeri untuk menyisihkan sebagian hartanya kepada fakir miskin dan duafa melalui paket anak yatim, ibu janda dan du’afa setiap lebaran (semenjak DPD PKS berdiri-sekarang) juga penyebaran 1000 paket daging qurban. Bantuan kebakaran, bajir bandang, longsor dan lain sebagainya. Ia juga aktif dalam pembinaan para perempuan. Karena perempuan akan menjadi ibu, yang dijadikan sebagai rujukan pertama anak dalam keluarga.

Semangat srikandi Cut Nyak Dien, Cut Meutia, Ratu Safiatuddin dan srikandi yang lain mengilhami gerak langkah ibu dua anak ini (Mujahidah Belangi dan M.Hilmi Azuhri). Keatifannya di ranah publik tidak mengurangi peran domestiknya sebagai istri juga sebagai ibu rumah tangga. Pada pemilu April 2009, ia mendapat kepercayaan masyarakat untuk terpilih menjadi anggota legeslatif DPRK Gayo Lues (satu-satunya perempuan diantara 19 anggota DPRK). Pada tahun pertama pengabdiannya di DPRK, ia langsung terpilih menjadi ketua Badan Legeslasi dan sudah mengesahkan enam rancangan qanun yang terdiri dari qanun eksekutif dan rancangan qanun inisiatif. Ia juga kerap  menjadi pembina upacara di beberapa sekolah dan RSUD yang memang berada dibawah komisinya (komisi D). Ia juga senang turun ke masyarakat untuk mengetahui kondisi mereka. Seperti belum lama ini. Ia beranjang sana ke Pining dan lesten untuk memberikan makanan tambahan dan suplemen gizi bagi balita.

Ahmad Zaini Hasan, S.Pd.I,SH, suami dari Nurhayati adalah orang yang pertama mendorong sang istri. “Saya senang bila istri saya terus berkarya, berbuat dan beramal untuk masyarakat, toh perannya di rumah tangga juga tetap dilaksanakan”. Ungkap lelaki yang sedang menempuh kuliah di magister kenotariatan ini.  Baru-baru ini berkat dorongan sang suami, ati (panggilan akrab Nurhayati) telah mendirikan Yayasan Nurhayati Sahali yang bergerak dibidang pendidikan, sosial, agama dan kesehatan. Belum lama ini, ia mendeklarasikan yayasan ini dengan program utama “NURHAYATI IBUNDA ANAK YATIM” Anak Yatim, juga bisa sarjana.

Itulah srikandi itu…dengan keterbatasan biaya ia terus mengukir karya. Bila ia mau, tentu untuk memperkaya diri bukanlah hal sulit baginya. Tapi, tentu ridho Allah dan Rasul adalah utama. Dari sedikit nukilan sosok beliau kita mendapatkan satu pelajaran berharga, bahwa ternyata orang sukses itu bukanlah karena uang ia menjadi besar, tetapi bagaimana dengan keterbatasan dana ia menghasilkan karya-karya nyata.(03)

—-

*Pemerhati sosial politik di Gayo Lues, tinggal di Blangkejeren

Comments

comments